Hari ini terasa begitu kelabu bagiku, entahlah… rasanya suara
Anta dini hari tadi masih terus menghantuiku. Ada apa sebenarnya dengan anak
itu? Pikiran jahatku mengenai tunangannya yang menyebalkan mulai menguasai.
Terakhir kulihat wajahnya, anak itu terlihat sangat lugu dan polos, aku bahkan
menganggapnya seperti anak-anak perempuan cengeng yang selalu minta dilindungi
oleh kekasihnya. Berani benar dia berbicara setidaksopan itu kepadaku, kepalaku
terus menghujatnya. Ah, tapi sudahlah… yang terpenting adalah Anta sudah
bersikap normal kepadaku, dan dia tidak marah seperti yang kubayangkan
sebelumnya. Mataku menerawang jauh keluar jendela kamar yang pagi itu kubuka
lebar-lebar, sambil menghirup udara dingin kota Bandung aku terus melamunkan
apa yang sedang terjadi belakangan ini di hidupku. Eh, nanti dulu… Darimana
Anta tahu bahwa kini aku dekat dengan Pierre? Bahkan sebelumnya aku tak pernah
bercerita kepadanya soal kedekatan kami ini. Aku mulai curiga, jangan-jangan
sebenarnya Pierre dan Anta bersekongkol untuk mengelabuiku?! Nafasku tiba-tiba
menderu, emosi menyeruak tanpa sebab. Kuambil telepon genggamku, dan menekan
nomor Pierre, kecurigaanku ini membutuhkan kepastian.
Aku lupa pada kemanisan Pierre semalam, karena suaraku
langsung meninggi saat suaranya terdengar di sambungan telepon sana. “Pierre!!
Jelaskan kepadaku, apa kau bersekongkol dengan Anta? Aku tahu, sebenarnya kau
dan Anta tengah bekerjasama untuk suatu hal yang tak aku tahu! Iya kan?”, tanpa
basa-basi kuberondongi Pierre dengan banyak pertanyaan. “Wait, tunggu Tania.
Apa itu ber kongkol? I don’t get it. What’s wrong Tania? Saya baru saja
bangun”, Pierre agak kesal padaku, terdengar dari nada bicaranya. “Dengar
baik-baik. Apakah kamu bekerjasama dengan Anta? Apakah kamu sebenarnya tahu apa
yang terjadi pada hidupku dan Anta belakangan ini?!”, emosiku kian meledak.
“Dengar baik-baik Tania, saya tidak pernah merencanakan suatu hal bersama Anta!
Saya tidak berbicara dengannya selain saat bersamamu. Dan dengar Tania,
kesedihanmu terhadap Anta membuat saya muak! I’m sick and tired of it! Sepertinya
kamu jatuh cinta kepadanya? Is it right?”, Pierre menjawab pertanyaanku dengan
sangat marah, aku tak pernah mengira jawabannya akan seperti ini.
…
Seumur hidup, baru kali ini aku berusaha merajuk pada
seseorang, dan orang itu adalah Pierre. Semenjak kemarahannya tadi pagi di
telepon, perasaanku mendadak sedih tak karuan. Perasaan bersalah menyergapku
setelahnya, apalagi setelah Pierre menutup sambungan telepon tanpa menungguku
menjawab pertanyaan konyolnya. Berulangkali kucoba menghubunginya lagi, namun
tak satu kalipun teleponku diangkat olehnya. Aku sudah kehilangan Anta, dan aku
tak ingin kehilangan lagi orang yang kali ini telah membuatku benar-benar jatuh
cinta.
Kini aku berdiri di depan kamar hotelnya, masih di hotel yang
sama seperti waktu itu. Sudah berkali-kali kutekan bel di pintu kamar itu,
namun nihil… tak ada jawaban dari dalam sana. Akhirnya kuputuskan untuk menuju
resepsionis menanyakan keberadaan penghuni kamar itu. Betapa kesalnya aku saat
resepsionis hotel mengatakan kepadaku bahwa sudah satu minggu lamanya tamu
hotel bernama Pierre Renard tak lagi menginap di hotel itu. Kemana dia? Dengan
kesal aku tak berhenti memikirkannya. Rasanya kebebasanku yang selama ini
kujunjung tiba-tiba hancur dirobohkan oleh dua laki-laki brengsek!!! Tapi aku
tak bisa berpura-pura tak peduli pada mereka berdua.
Tiba-tiba saja wajah Dania melintas, dan aku ingat, kemarin
kami sempat bertukar nomor telepon. Kutelepon Dania, demi mencari keberadaan
Pierre, meski sebenarnya hati kecilku merasa malu akan hal ini. Bagiku, ini
seperti masalah cengeng yang menjijikkan. Tapi tidak bagi perasaanku, aku ingin
Pierre tahu bahwa aku begitu peduli kepadanya… Jauh melebihi peduliku terhadap
Anta. Eh, tapi apa benar seperti itu? Hmmm entahlah, setidaknya Pierre masih
bisa kugapai, sementara mengenai Anta, aku benar-benar buta. “Halo, Dania?”,
dengan ragu kusapa Dania yang terdengar sangat ceria siang itu. “Haiiii Mba
Tania!!! ada apa menelponku? Hihi…”, jawab Dania dengan gaya khasnya. “Hmmm…
mmmh… kamu tahu dimana Pierre?”, dengan malu akhirnya kuucapkan juga pertanyaan
itu. “Kasih tau ngga yaaa? Kasih tau jangan yaaa? Mau tau? Atau mau tau
bangetttt?”, Dania terus cekikikan. “Serius!”, jawabku ketus. “Yah… calon kaka
ipar galaknya minta ampun nih hihi. Iya deh, kak Pierre lagi bantu Mama masak
tuh di dapur…hihi. Sini deh mba!! Kita coba masakannya kak Pierre enak atau
ngga hehehe”, dengan cueknya Dania mengundangku datang ke rumahnya. “Oh, jadi
dia ada di rumahmu. Tidur disana juga?”, masih dengan ketus kutanyai dia.
“Iiiiih masa ngga tau sih? Udah seminggu kali Mba. Rumah kami kan rumahnya Kak
Pierre juga. Udah-udah sini deh Mba, daerah jalan Hegarmanah yah… ngga jauh
dari supermarket Setiabudi. Nanti aku jemput Mba, oke?”, dengan polosnya Dania
terus bercerocos. “Mmmh, aku boleh minta satu hal dari kamu?”, dengan sedikit
memohon aku bertanya. “Apa itu?”, Dania mulai terdengar kebingungan. “Tolong,
jangan bilang Pierre kalau aku mau datang. Please?”, setengah berbisik aku
bertanya. “Yayyyyyy!!!! Aku suka surprise!!! Ya ya ya ya aku ngerti!!! Okeeee Mba
Tania cantikku!”, Dania kini berteriak-teriak seperti orang gila. Namun
tiba-tiba Dania berhenti tertawa, lalu bertanya serius padaku, “Astaga! Mba!
Apa ini hari ulangtahun kak Pierre?”. Tanpa menjawabnya, kuputus sambungan telepon
dengan kasar. “Dumb blonde!”, bibirku menggerutu.
…
Cuaca siang ini cukup panas, tapi tidak terasa panas saat
kakiku berdiri tepat dibawah pohon beringin yang berdiri tegak dan rimbun di
depan halaman rumah Mama Pierre dan Dania. Sejak tadi Dania memaksaku untuk
masuk, tapi aku menolaknya, karena aku ingin berbicara 4 mata dengan Pierre
terlebih dahulu. Kuminta Pierre menghampiriku disini, namun sudah 10 menit aku
berdiri, dia tak kunjung datang. Halaman rumah ini begitu luas, dengan hamparan
rumput hijau beratus-ratus meter persegi. Aku yang sejak tadi berdiri akhirnya
memutuskan untuk duduk diatas rerumputan ini. Entah kenapa, rasanya seperti
pernah mengalami suasana seperti ini… namun entah dimana itu, benar-benar
terasa seperti Dejavu.
Sosok yang sejak tadi kutunggu akhirnya muncul dari kejauhan,
mengenakan kemeja putih dan celana putih santai, melenggang tanpa alas kaki.
Hatiku berdegup kencang, menanti reaksi terburuk dari seorang Pierre yang tadi
pagi terdengar cukup marah kepadaku. Lambat laun sosok itu semakin mendekat,
dan ekspresi wajahnya kini bisa terlihat lebih jelas. Hatiku meleleh saat wajah
itu mengembangkan senyum khasnya menatapku, tak seperti yang kuduga sebelumnya.
Tanpa berkata-kata dia terus mendekatiku, tak sedetikpun membiarkanku mengucap
sapa. Tangannya terbuka lebar didepanku, lalu mendekap tubuhku dengan sangat
erat. Bayangan tentang mimpi waktu itu langsung menyentak, ya… benar! Kejadian
ini pernah terjadi dimimpiku! Aku ingat sekarang. Pierre terus menerus
memelukku kencang tanpa melepasnya, sesekali tangan kananku mencubit sebelah
pipiku memastikan kalau ini bukanlah sebuah mimpi. Tidak, ini bukan mimpi, Tania.
“Thankyou Tania, terimakasih. Saya pikir kamu tidak akan
datang, namun ternyata saya salah. Maaf kekasaran saya pagi tadi, saya tidak
bersekongkol dengan Anta.. hehe sekarang saya tahu arti kata jelek itu hehe. O
iya, saya tak pernah merasa cemburu pada Anta, setiap orang bebas menentukan
perasaannya, termasuk kamu, Tania. Dan maaf, saya tidak angkat telepon kamu. Saya
hanya ingin tahu, apakah kamu peduli pada saya atau tidak. Saya tahu, kamu
tidak pernah tahu dimana saya tinggal, dengan siapa saya tidur, karena kamu tak
pernah sekalipun bertanya tentang semua itu kepada saya. Dan kedatanganmu
kesini, meyakinkan saya bahwa kamu peduli pada saya…”, Pierre mendekapku lebih
keras setelahnya. Dan aku membalas dekapan itu, tanpa sadar bibirku berkata,
“Tidak hanya peduli. I’m in love with you Pierre…”. Sepertinya Pierre terkejut
pada kata-kata yang baru saja terlontar tanpa sadar dari bibirku. Dekapannya
mengendor, dan kini matanya terlihat berbinar tepat didepan wajahku. Mataku
terpaku saat matanya terus menelusuk jauh masuk kedalam retinaku, wajahnya
terus mendekat sementara wajahku diam mematung. Siang itu, kami berciuman untuk
pertama kalinya. Dan ini adalah ciuman pertamaku, aku bahagia… hanya itu yang
bisa kuungkapkan. Rasanya seperti melayang, dan aku ingin terus melayang karena
tak sedetikpun perasaan ini membiarkan segala masalah masuk kedalamnya.
Hingga malam menjelang, aku masih bertahan di rumah Mama
Pierre. Aku, Pierre, Dania, dan Mamanya, memutuskan untuk memasak bersama.
Gelak tawa mewarnai sepanjang hari itu, lagi-lagi Pierre membawa banyak tawa ke
dalam hidupku. Aku benar-benar menikmati rasanya menjadi seorang manusia,
karena selama ini aku terlalu larut menjadi seorang manusia planet. Pierre, dan
keluarganya mampu menarikku untuk menginjakkan kaki diatas tanah dan
memperkenalkan betapa indahnya memiliki sebuah keluarga. Meski keluarga mereka
bercerai berai, tapi hubungan ketiganya begitu hangat dan akrab. Mama Karni,
mama Pierre dan Dania, adalah sosok seorang Ibu yang sangat bijaksana dan
lembut. Hatiku terus menerus berbisik lirih, seandainya Ibuku seperti dia… seandainya keluargaku seperti keluarga
ini…
…
Aku pulang ke rumah dengan wajah ceria, tak seperti biasanya.
Entahlah, aku mulai membuka pikiranku tentang kehidupan normal bersama
keluargaku di rumah. Ingin rasanya memperbaiki kondisi hubunganku dengan
mereka, aku ingin nyaman tinggal di rumah seperti saat berada di rumah Mama
Karni. Dengan riang kulangkahkan kakiku menuju rumah, Pierre tak mengantarku
pulang karena aku datang ke rumahnya dengan mengendarai mobilku. “Halooo Buu,
Tiara? Yahh?”, Aku berteriak-teriak memanggil seluruh anggota keluargaku.
Nihil, tak ada jawaban dari setiap sudut rumah. Mataku terus berkeliling mencari keberadaan mereka, namun tak berhasil
kutemukan. Akhirnya kuputuskan untuk mencari Bi Eha, satu-satunya penunggu
rumah yang biasanya tak pernah susah dicari. “Bi Ehaaaaa, Biiii… Halooooo Bi
Eha genduuuutttt, dimana keberadaanmu Bi Ehaaa???”. Dari arah halaman belakang
kulihat Bi Eha berlari tergopoh-gopoh menghampiriku. “Waslap non Mba Tania? Aya
naooon?”, Bi Eha tampak terengah mengatur nafasnya. “Kemana orang-orang?”,
tanyaku. “Ada ko Mba, Ibu sama Bapak ada di dalam kamar, mungkin sedang di
balkon Mba… Coba aja cari di dalam kamar…”. Tanpa ba bi bu kutinggalkan Bi Eha
yang nampaknya masih berbicara denganku, samar kudengar dia mengumpat. “Uh
dasar tuan putriiiii…”
“Bu… Ayah?”, kulongokkan kepalaku ke dalam kamar orang tuaku.
“Tania!!!”, Ibu tampak terkejut melihat kemunculanku. Ayah sama terkejutnya
seperti Ibu, keduanya tiba-tiba menghampiriku dengan cepat. aku cukup heran
dengan sikap mereka, “Loh loh loh loh, ada apa Bu? Yah?”. Ayah tampak serius,
sementara Ibu terlihat khawatir menatapku. “Tadi Tiara mendapat telepon, entah
siapa itu. Namun sepertinya telepon itu cukup genting Tan, karena Tiara
langsung buru-buru pergi meninggalkan rumah ini. Tanpa berganti pakaian, tanpa
membawa tasnya…”, Ibu menyerocos cepat. Kupotong kata-katanya, “Oke oke, lalu
apa hubungannya denganku? Mungkin saja dia memang mendapat telepon dari rumah sakit
tempat dia Coas kan Bu? Kayanya itu hal yang wajar deh!”. Ayah
menggeleng-gelengkan kepalanya resah, membuatku mulai merasa khawatir. “Sebelum
pergi, kami sempat menanyai Tiara tentang telepon itu. Dia bilang, ini ada
hubungannya dengan Anta, Tan”.
Bagai petir disiang hari, aku merasa tersambar hebat
mendengarnya. Perasaan bahagiaku mendadak luluh karena hal ini, badanku
bergetar, air mata mulai berjatuhan. “Tiara pergi kemana Bu? Yah? Kemana
diaaaa?????”, aku berteriak-teriak setelahnya. Perasaan bersalah menggelayut hebat di hatiku, kenapa hari ini aku bisa
melupakan Anta? Dan kenapa Anta tak menghubungiku? Kenapa harus Tiara yang dia
telepon? Kenapa bukan aku? Lalu apa yang terjadi pada Anta? Kenapa aku tak tahu
apa-apa?
Badanku ambruk seketika, Ayah dan Ibu membopongku untuk
berdiri sambil tak henti mereka mencoba menghiburku, meski mereka tahu itu
percuma. “Yah, kemana Tiara yah? Kemana dia Yah? Aku harus mencarinya!!! Tolong
beritahu aku, toloong!!!”, aku menangis sejadinya. Kedua orangtuaku bahkan tak
tahu kemana perginya Tiara, mereka bilang mereka sudah mencoba menghubungi
tempat anak itu Coas, namun Tiara tak ada disana. Ibu masih mendekap tubuhku,
Ayah masih sibuk menghubungi Tiara. Aku yang sejak tadi menangis tiba-tiba
berdiri, menghapus air mataku, lalu berlari keluar rumah. Kedua orangtuaku
tampak kaget melihatnya, mereka mencoba menahanku… namun tak berhasil, aku
mendobrak pertahanan mereka yang coba menghalangiku. “Aku harus mencari mereka!
Aku harus tahu apa yang terjadi pada Anta…”, bibirku terus menggumamkan
kata-kata itu.
Bersambung.
ini episode paling menyebalkan teteh ndut :|
ReplyDeletejangan lama2 dooooong teeeh T__T
kami sekeluarga tak lupa mengucapkan puji syukur kepada ALLAH S,W,T
Deletedan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor togel.nya yang AKI
berikan 4 angka 5680 alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus AKI.
dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu AKI. insya
allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka main togel
yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi AKI SOLEH,,di no (((082-313-336-747)))
insya allah anda bisa seperti saya…menang togel 275
juta, wassalam.
dijamin 100% jebol saya sudah buktikan...sendiri....
Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!
1"Dikejar-kejar hutang
2"Selaluh kalah dalam bermain togel
3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel
4"Anda udah kemana-mana tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat
5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
tapi tidak ada satupun yang berhasil..
Solusi yang tepat jangan anda putus asah....AKI SOLEH akan membantu
anda semua dengan Angka ritwal/GHOIB:
butuh angka togel 2D 3D 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
100% jebol
Apabila ada waktu
silahkan Hub: AKI SOLEH DI NO: (((082-313-336-747)))
atau klik langsung di KLIK DSINI BOCORAN TOGEL
angka GHOIB: singapur 2D/3D/4D/
angka GHOIB: hongkong 2D/3D/4D/
angka GHOIB; malaysia
angka GHOIB; toto magnum 4D/5D/6D/
angka GHOIB; laos
assalamualaikum we.wb,saya. IBU ENDANG WULANDARI Dri jawah timur tapi sekarang merantahu di teiwan bekerja sebagai pembantu ingin mengucapakan banyak terimah kasih kepada KI KANJENG DEMANG atas bantuan AKI. Kini impian saya selama ini semaunya sudah tercapai kenyataan dan berkat bantuan KI KANJENG DEMANG pula yang telah memberikan Angka gaib hasil ritual beliau kepada saya yaitu 4D. Dan alhamdulillah berasil tembus. Dan rencana saya ingin Mau pulang ke kampung kumpul kembali degang keluarga saya sekali lagi makasih yaa KI karna waktu itu saya cuma bermodalkan uang cuma 400rb Dan akhirnya saya menang. berkat angka gaib hasil ritual AKI KANJENG DEMANG saya sudah buka usaha warung makan Dan suami saya peternakan. Kini kehidupan keluarga saya jauh lebih baik dari sebelumnya, Dan saya ATAS Nama IBU ENDANG WULANDARI sekali lagi saya betul betul sagat berterima kasih kepada AKI Dan saya minta Maaf kalau Nama AKI saya tulis di internet itu semua saya lakukan karna saya Mau ada orang yang meminta bantuan Sama AKI agar seperti saya sudah sukses. Dan membatu orang orang yang kesusaan. bagi anda yang ingin seperti saya silahkan HUB / KI KANJENG DEMANG di Nomor INI: 081 / 234 / 666 / 039 / insya allah AKI akan membantu anda karna ramalan KI KANJENG DEMANG memiliki ramalan GAIB yang bagus Dan dijamain tembus
Deletenice :)bagian serunya mulai,, keep it up teh :)
ReplyDeletekeren teh ditunggu part 10 ya jangan lama lama
ReplyDeleteRrgghhttt episode yg ga asik lg seru baca eehhh bersambung
ReplyDeleteyah penasaran :(
ReplyDeleteBikin penasaran sama apa yang terjadi sama anta n tiara huft
ReplyDeletepenasarann, tapi seruuu lanjutkan teh :)
ReplyDeleteWaduhhhh bersambung maning...ojo lama lama yo mbakyu...:-(
ReplyDeletego teh, sebelum aku mati penasaran
ReplyDeleteTeteh atuh tehh meni panasaran ...
ReplyDeleteUlah lami" teuing tehh ... Panasaran ...
Nya Teteh montok anu geuliiss
Ah teteh, nembe oge ngantosan part 9 ntosan dei.....
ReplyDeleteEnggalannya teh damel part 10 na, d antossssss.. :D
Ayo teteh lanjutkan ceritanya :) lebih seru lagi ... bacanya sampe terbawa suasana...
ReplyDeletebagus banget ceritanya, nice post
ReplyDeleteObat Herbal Fistula Ani
Obat Herbal Tulang Keropos Ampuh
Obat Herbal Kanker Kandung Kemih
Obat Herbal Amandel Kronis
Obat Herbal Vertigo Akut
Obat Herbal Glaukoma
Obat Herbal Ispa
Obat Herbal Disentri
Obat Herbal Varises
GLOW Enhanz
Obat Herbal Kanker Usus Halus
Obat Herbal Sipilis
Obat Herbal Alzheimer
Obat Herbal Epilepsi
Obat Herbal Pasca Stroke Berat
Obat Herbal Kanker Hati
Obat Herbal Kanker Pankreas
Obat Herbal Meningitis
Halo Admin / Blogger :)
ReplyDeleteSaya sangat suka dengan postingan foto-fotonya :)
Perkenalkan, saya Dewi dari tim kumpulbagi. saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi foto-foto,video,menggunakan disk online yang lain untuk tujuan promosi ? :)
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Anda bisa dengan bebas mmengupload foto-foto,video dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
Terima kasih.
Salam.
obat hernia
ReplyDeletecelana hernia
Bayi rawan terkena hernia
Obat perangsang wanita
Nabil Farma
Sirine
bel sekolah
Iseng Nulis
Jasa Seo
Naruto Shipuden Ultimate Ninja Storm 4
Hardisk External Murah
game pc
Penyakit hernia
Penyakit hernia pada wanita
Penyakit hernia
Blog keuangan
Blog keuangan
blog keuangan
Blog keuangan
blog keuangan
blog keuangan
blog keuangan
blog keuangan
blog keuangan
blog keuangan
hammer of thor
ReplyDeletethor hammer
semenax