Kejadian kemarin sore masih
berdengung-dengung di kepalaku. Bayangan tentang kedua orangtuaku, Tiara, dan
kata-kata yang keluar dari mulut Ibu seolah sedang menghantuiku pagi ini.
Sepertinya semalaman ini aku tidak bisa tertidur dengan nyenyak, karena
beberapa kali mataku terbuka lebar untuk memastikan pukul berapakah itu.
Sekali-kali kulongokkan kepalaku ke arah paviliun Anta, hanya untuk memastikan
apakah dia sudah datang atau belum. Namun lampu depan paviliun itu tetap padam
seperti sedang tak berpenghuni. Kemana Anta? Aku terus bertanya-tanya sendiri,
sementara nomornya tak bisa kuhubungi sama sekali. Tenggorokanku kering
kerontang, kuangkat tubuhku untuk mengambil gelas dan air putih yang selalu
tersedia disebelah tempat tidurku. Badanku rasanya sakit sekali, entah karena
salah posisi tidur atau karena telalu banyak angin yang masuk ke dalam
pori-pori kulitku, aku baru sadar… semalaman jendela kamarku terbuka bebas.
Dalam keadaan lemas kuteguk air putih di mug milikku bagai binatang yang sedang
kehausan, saat itulah suara bising itu kembali muncul… tepat dibelakang
telingaku, disertai sebuah pukulan dipunggungku. “Hayohhh!!!!”, suara itu
mengagetkanku, sekaligus membuat semua air yang masuk ke dalam mulutku kembali
berhamburan membasahi baju yang kukenakan.
“ANJRIT!!!”, mulutku sontak berteriak
kaget. Kulihat Anta sudah berdiri tegap sambil tersenyum-senyum seperti orang
gila didepanku. “Teteh Tatan kesayangan Anta selamat pagiiiii!!!!!”, dia
kembali berteriak dengan gaya khasnya. Mataku kini mulai memasang ancang-ancang
untuk melotot karena kesal, “Heh!!! Lihat nih airnya jadi tumpah semua!! Jangan
ngagetin gitu dong!! Ga sopan banget sih! Udah ilang, tiba-tiba dateng
ngagetin! Setan!”. Anta tertawa puas, “Ih angger si teteh mah, memang sengaja
Anta ngagetin Teteh Tatan biar ngga ngantuk lagi hehehe. Teteh, jangan marah
yah kemarin Anta Teh pergi ngga bilang-bilang ke Teteh… ada urusan keluarga
mendadak di Subang”, ucapnya sambil menyodorkan saputangan untuk membersihkan
sisa-sisa air di bajuku. Kutepis sapu tangan itu, “Halah alesan! Kupikir kau
sudah yatim piatu ga punya sanak sodara. Jangan ngarang deh!”. Anta kini
berlutut didepanku, kedua tangannya memegangi kakiku dengan erat. “Aih jangan
marah atuh Teh, suwer Anta ketemu sama sodara Anta. Ya memang Anta yatim piatu,
tapi Anta kan masih punya sodara disana. Maaf ya tetehku yang cantik dan judes…
sok atuh Anta harus ngapain biar teteh ngga marah?”, matanya terlihat memohon
sedang mulutnya merengek seperti anak kecil. Aku mulai terkekeh melihat
tingkahnya, kutarik kedua tangannya sambil memeluknya dengan sangat keras.
“Antaaaaaaaaaa!!!!!! Aku rindu sekali padamuuuu!!! Banyak hal yang terjadi
kepadaku 2 hari iniiiii!!! Aku kangen sekaliiiii Antakuuuu”, aku
berteriak-teriak seperti orang gila sedangkan Anta kini hanya terdiam
kebingungan melihat reaksiku yang tak biasa.
Hari itu, aku dan Anta duduk berduaan
di atas rooftop kamarku. Kuceritakan segala hal yang sejak kemarin ingin
kuceritakan kepadanya. Tak henti tanganku terus memeluk tubuhnya, sementara dia
hanya mengangguk-angguk mendengar semua ceritaku. Angin dan cuaca mendung kota
Bandung hari ini membuat segalanya tampak dramatis, dua cangkir kopi susu yang
5 menit lalu masih mendidih pun kini terlihat sudah mendingin… dan mereka sama
sekali tak kami sentuh. “Teh, kenapa harus pura-pura sih? Anta yakin si Pierre
itu pasti punya alasan kenapa dia menghubungi teteh lagi. Ngga tau kenapa ya Teh,
tapi perasaan Anta mah bilang kalau dia tuh sebenarnya ga ada apa-apa sama si
cewe rambut panjang kaya kunti itu. Makanya waktu itu datang ke sini juga… Nah
sekarang teteh pikir yah, kalau dia ga punya perasaan apa-apa ke teteh, ngapain
atuh dia harus dateng kesini buat menjelaskan sesuatu ke teteh?”, mata Anta
kini menerawang jauh ke perbukitan di depan kami sedangkan aku tertawa kecil
mendengarnya menyebut kata kunti. “Dan Teh, untuk masalah Ibu… sebenarnya Anta
ngga bisa terlalu masuk, karena ini masalah pribadi keluarga teteh. Tapi Teh,
ini mah yah pemikiran dari Anta si anak yatim piatu ya Teh. Coba teteh
posisikan diri teteh di Anta, dan rasakan bagaimana kerinduan Anta terhadap
orangtua Anta yang udah ga ada. Ingat Teh, suatu saat Ayah dan Ibu teteh juga
bakal ngga ada… dan saat itu terjadi, Anta yakin akan ada sebuah penyesalan di
hati teteh kenapa dulu ngga begini kenapa dulu ngga begitu. Mumpung sekarang
keduanya masih ada dan sehat wal afiat, coba robah keadaan kaku ini Teh… Mereka
adalah harta teteh yang paling berharga, termasuk Teh Tiara yah. Dan sebenarnya
hanya mereka yang bisa mengerti Teteh, jauh melebihi pengertian Anta ke Teteh.
Saran Anta sekarang untuk kedua masalah teteh, coba buka mata, hati dan telinga
teteh… jika semuanya terbuka, Anta yakin teteh Tatan akan melihat semua ini adalah
sesuatu yang harus dipertahankan…”. Aku hanya terdiam meresapi semua kata-kata
Anta yang terdengar begitu dewasa, sedikit perasaan malu terselip didalamnya.
Namun kini yang kulakukan untuk menanggapi kata-katanya adalah mengangkat
tanganku lalu memukulkannya dengan keras di punggungnya, “Sok Tau kamu!”. Anta
menarik tubuhnya dari tubuhku, lalu tangannya menjambak rambutku dengan keras,
“Dasar si batu!!!”. Kami berdua kembali berpelukan, tertawa mentertawakan diri
kami sendiri. Aku bahagia berada disisi Anta, dan kulihat begitupun sebaliknya.
“Teh, coba pinjem HP teteh!!”, Anta
tiba-tiba mendekatiku yang sejak tadi begitu asik membubuhkan warna pada
lukisan baruku. Lukisan “Anta” yang sejak kemarin kugarap dengan sengaja
kusembunyikan dulu, aku tak ingin Anta tahu bahwa aku melukis sosoknya. “Mau
ngapain?!”, kugenggam telepon genggamku kini dengan sangat erat seolah tak
ingin direbut olehnya. “Siniin ah! Mau nebeng sms, Anta ga ada pulsa!!”, dengan
cekatan dia merebut telepon genggam itu. “Ah dasar orang susah! Pulsa aja ngga
punya, huh!”, kupalingkan wajahku kembali berkonsentrasi pada kanvas. “Nih Teh,
nuhun”, Anta menaruh telepon genggam itu kembali pada tempatnya sebelum
akhirnya dia keluar meninggalkan studioku.
Telepon genggamku tiba-tiba berbunyi,
tanda pesan masuk. “Antaaaa!!! Tuh ada balesan woy!”, aku berteriak-teriak
memanggil Anta. Dia balas meneriakiku dari luar studio, “Tolong dibales
tehhhh!”. Hatiku mulai merasa tak enak, pasti ada sesuatu yang ga beres nih.
Dengan cepat kuambil telepon genggamku, lalu mulai membaca pesan itu.
Pesan Baru : Manusia Albino
I know its you Tania, saya ingin bertemu kamu segera. Bisakah?
Mulutku berteriak kencang,
“Antaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!”. Samar kudengar balasan dari teriakanku diluar
sana, “Hahahahahahahahahaha sukurinnnnn!!!!”. Tanganku bergetar hebat membaca
pesan itu, konsentrasiku pada lukisan pun buyar seketika. Anta sialan itu telah
mengirimkan sebuah pesar untuk Pierre, tanganku sibuk membaca pesan apa yang
sudah dikirim olehnya.
Pesan terkirim : Manusia Albino
Hai Pierre, maafkan saya… Betul ini nomor saya… Tania.
Tanganku masih bergetar, namun
memberanikan diri untuk menekan tombol balas.
Kepada : Manusia Albino
Halo Pierre, ya ini Tania. Buat apa bertemu saya?
Terkirim.
Pesan baru : Manusia Albino
there’s something to explained.
Balas kepada : Manusia Albino
See you at 7 pm, in my studio.
Tanganku kini mulai berkeringat, tak
percaya atas apa yang baru saja kulakukan. “Gila gila gila!!!! Ngapainnnnnn
coba Taniaaaa?!?!?! Akkkkkks!!!! Harusnya ga usah dibales gituuuuuu
aaaaaaaa!!!!!!!! Sialannnn!!!”, aku berteriak-teriak sendirian seperti orang
gila. “Antaaaaaaa sini heyyyyy Antaaaaaa Anak Ontaaa!!!”, tiba-tiba aku
berlarian sambil terus berteriak-teriak keluar studio lalu menuruni anak tangga
dengan begitu cepat. Kulihat ada Tiara dan Ibu disana dibawah sana sedang duduk
berdua, mereka tercengang melihatku berteriak-teriak. “Sadar Tania!!!”, Ibu
meneriakiku. Tak kugubris teriakannya karena kini aku mulai membelokkan tubuhku
ke arah paviliun Anta. “Antaaaaaaaa Antaaaaaaa Antaaaaaaaaaa Antaaaaaaaaaaa”,
kugedor-gedor pintu paviliunnya dengan semangat 45. Anak itu membukakan pintu
kamarnya dengan wajah penuh senyuman, aku yang sejak tadi tak sabar menemuinya
segera berhamburan masuk ke dalam paviliun itu. “Antaaaa kamu gila kamu
gilaaaa!!! Tapi aku suka kegilaanmu!”, kupeluk tubuhnya dengan penuh
kegembiraan. Anta sedikit mengaduh karenanya. “Aduh Teh ih sakiiit…”, dia
mendorong tubuhku pelan. “Terimakasih yah Anta, aku cukup senang… hehehe. Tapi
aku harus bagaimana? Aku harus pake apa Anta??? Huhu aku tegang sekali ini!”,
kali ini kugoyang-goyangkan bahunya dengan keras. “Teh… Teh… sadar ih jangan
kaya nugelo!!!”, Anta menepis tanganku dari bahunya. Aku tertawa-tawa
sendirian, sementara Anta tak sedikitpun tertawa.
Entah dari mana datangnya dia, karena
kini disebelah Anta tiba-tiba saja berdiri seorang perempuan kecil berkerudung,
wajahnya cukup cantik namun terlihat sangat lugu. “Siapa dia?!”, tawaku
terhenti karenanya. Wajah Anta tampak pucat pasi melihat reaksiku. “Oh Teh,
mmmh kenalin ini Sukma. Mmmh… Teh, dia tunangan Anta…”. Bagai petir disiang
bolong, kata-kata dari mulut Anta yang baru saja kudengar berhasil membuatku
mematung hingga beberapa detik, mataku kembali melotot, emosiku terbakar cepat…
Segala kegembiraan yang baru saja
kurasakan mendadak lenyap. Terimakasih Anta atas kata-kata yang kauucapkan.
Bersambung.
Teteh,cepetan bikinin terusannya atuh,penasaran bgt,,hehe
ReplyDeleteassalamualaikum we.wb,saya. IBU ENDANG WULANDARI Dri jawah timur tapi sekarang merantahu di teiwan bekerja sebagai pembantu ingin mengucapakan banyak terimah kasih kepada KI KANJENG DEMANG atas bantuan AKI. Kini impian saya selama ini semaunya sudah tercapai kenyataan dan berkat bantuan KI KANJENG DEMANG pula yang telah memberikan Angka gaib hasil ritual beliau kepada saya yaitu 4D. Dan alhamdulillah berasil tembus. Dan rencana saya ingin Mau pulang ke kampung kumpul kembali degang keluarga saya sekali lagi makasih yaa KI karna waktu itu saya cuma bermodalkan uang cuma 400rb Dan akhirnya saya menang. berkat angka gaib hasil ritual AKI KANJENG DEMANG saya sudah buka usaha warung makan Dan suami saya peternakan. Kini kehidupan keluarga saya jauh lebih baik dari sebelumnya, Dan saya ATAS Nama IBU ENDANG WULANDARI sekali lagi saya betul betul sagat berterima kasih kepada AKI Dan saya minta Maaf kalau Nama AKI saya tulis di internet itu semua saya lakukan karna saya Mau ada orang yang meminta bantuan Sama AKI agar seperti saya sudah sukses. Dan membatu orang orang yang kesusaan. bagi anda yang ingin seperti saya silahkan HUB / KI KANJENG DEMANG di Nomor INI: 081 / 234 / 666 / 039 / insya allah AKI akan membantu anda karna ramalan KI KANJENG DEMANG memiliki ramalan GAIB yang bagus Dan dijamain tembus
Deletemau dibawa kemana cerita ini? bisa banget bikin penasaranya teh.
ReplyDeletetania sia alien nyasar..hahahaha
ReplyDeleteorang aneh tingkat dewa apa ya :P
keren teh nduuut! terusiiiiiiiiiiiiiiiinnnnn! ;)
Wahh makin seru aja dari part ke part.. tp teh ini cerita fiktif atau true story??nuhun
ReplyDeleteasli lah teh ceritanya nyebelin. bikin penasaran
ReplyDeletetetehhhhhh terusin ceritanya ihhh!!!!!
ReplyDeleteTehh aduhh ituu crtanyaa biking ganahann .. Azzzz
ReplyDeleteTeh lanjutin bizzza keleeeuusss tehhhhhhhh.... Penasaaaaaaaraaaaaaaaaannnnnnnnnn :|
ReplyDeleteCerita mistery bukan sih...???
ReplyDeleteSprti yg biasa teh risa bikin!!!
wwwooowwww...gk kebayang cerita nya bisa nyampai kesini. wwooww...wooowww...wooowwww...wooowww.......
ReplyDeleteaaaaa edun pisan ieu ceritanyaa~~ :D
ReplyDeleteGilaaaaaaa!!!! :)
ReplyDeletemantap nian...
ReplyDeleteObat Herbal Penghancur Batu Ginjal
Obat Herbal Kanker Payudara Tanpa Operasi
Pencegahan Kanker Serviks
Obat Herbal Batuk Kering Dan Berdahak
Obat Herbal Kanker Serviks Stadium 4
Khasiat Jelly Gamat Gold G
Glucogen
Suplemen Pelangsing Badan Alami
obat hernia herbal
ReplyDeletecelana hernia magnetik
Jual Obat perangsang wanita
Toko Nabil Farma
Penyebab hernia pada bayi
Blog Selebriti
Jasa Seo murah
sirine mobil
bel sekolah otomatis
Game PC Naruto Shipuden Ultimate Ninja Storm 4
Jual Hardisk External Murah
game pc murah
Mengobati Hernia
penyebab hernia
Pengobatan Hernia
Blog Selebriti
Blog Selebriti
Blog Selebriti
Blog Selebriti
Blog Selebriti
Blog Selebriti
Blog Selebriti
Blog Selebriti
Blog Selebriti
Blog Selebriti
ReplyDeletehammer of thor
thor hammer
semenax
Sempet berkaca2 tadi teh.., pas bagian akhirnya nyesek. :(
ReplyDelete