Dear Diary,
Let me tell you
about my story,
I know it's
rather sad,
but that's the
way I feel..
Dear Diary,
I don't know if
this is right or wrong,
Starting
thinking of leaving him,
But I'm afraid
it might hurt him..
All I want is
for everything in the place,
So everyone is
happy,
Is it too much
ask for?
All I want is
for everything in the place,
So everyone is
happy,
Is that too much ask for?
Dear Diary,
Strong is not
exactly the right words,
Started thinking
of leaving him,
But I'm afraid
it might hurt him..
Dear Diary,
Strong is not
exactly the right word,
I don't know
what to do now,
Confusion is all
over.. me...
Dalam antrian kemacetan lampu merah,
Kubuka dan kubaca berulang kali kertas text yang ada didalam CD band bernama
mocca ini saat bertolak sendirian menuju Jakarta, Cd ini merupakan pemberian
Ega dua hari yang lalu… dia bilang, ini adalah album terbaik yang pernah dia
dengarkan seumur hidupnya. Baru hari ini sempat kudengarkan, dan lagu berjudul
“Dear Diary” ini adalah lagu yang langsung memikat telingaku. Terus menerus
kudengarkan… ulangi dan ulangi lagi tanpa bosan didalam kemacetan kota hari
ini. Cuaca sedang tidak bersahabat, tapi lagu ini memanjakanku hingga tak
kurasakan panas, ngantuk, kesal akibat macet, ataupun lapar yang sudah sejak
sejam lalu menggangguku. Aku suka sekali musik, dan aku adalah wanita yang bisa
menangis meraung-raung mendengarkan sebuah lagu yang menurutku sangat sesuai
dengan apa yang sedang kurasakan saat mendengarkannya.
Lirik lagu ini menyedihkan, tapi tak
sesuai dengan keadaanku saat ini. Aku suka lagu seperti ini, nyanyian yang
mengalun, sedih, dan enak untuk dinyanyikan. Kepalaku begitu kerasnya berpikir
kira-kira cocok tidak yah lagu ini untukku? Suasana hatiku sedang sangat baik,
cincin pertunangan baru 3 minggu melingkar di jemari tanganku, senyum tak
pernah absen dari bibirku, lalu bagaimana caranya agar lagu ini cocok untuk
kondisiku ya? Aku berfikir cukup keras sambil terus mengemudikan mobil yang
mulai bergerak kencang masuk ke ruas jalan tol. “Dear diary… let me tell you
about my story…”, tanpa sadar aku mulai hafal lirik lagu ini. Aku memang sangat
berlebihan, tapi tolong aku suka sekali lagu ini! aku ingin menjadikannya
sebagai salah satu soundtrack hidupku!!! Aaaaaarrrrghhhhh!
Suara telepon genggamku berbunyi
kencang memekakkan telinga, memecahkan lamunan tentang lagu ini. Sebenarnya aku
adalah orang yang sangat disiplin mengenai aturan larangan mengangkat telepon
atau membalas sms saat sedang mengemudi kendaraan, tapi saat kulihat nama Ega
dilayar telepon genggamku, tanganku tak kuasa untuk mengacuhkannya.
“Halo sayang? Ya, aku baru masuk tol,
masih jauh bangettt… iya, iya aku bakal hati-hati nyetirnya. Kamu udah makan?
Bagusssss!! Calon suamiku ngga boleh kurusss!!! Ngga ngga ngga boleh
diet-dietan yah! Okee, sebelum magrib aku udah di Bandung lagi ko janji, doakan
interviewku lancar ya! O iya, CD mocca nya udah aku dengerin! Aku suka
bangettt!!! Terimakasih yaaa Ega jelek hihi. Oke oke daah, nanti kukabari lagi.
Wa’allaikumsallam..”, kututup telepon dari Ega. Dia laki-laki yang begitu baik
dan santun terhadap aku dan keluargaku, tanpa ragu mengutarakan keseriusannya
dengan melamarku…
Aku masih tersenyum membayangkan Ega
saat sebuah truk menyalip mobilku dari sebelah kiri, truk itu mengenai bagian
belakang mobilku, membuat oleng ke sebelah kanan saat sebuat bis besar menyusul
dari sebelah kanan. Bagai berada dalam permainan bom-bom-car, aku terpelanting
kesana kemari didalamnya… hingga tak bisa kuingat lagi apa yang terjadi setelah
kurasakan mobil yang kukendarai mulai terjungkal terbalik mengeluarkan bunyi-bunyian
keras yang begitu mengerikan…
Aku terbangun dari mimpi burukku,
benar ini hanya mimpi buruk… karena kini aku sedang berada didalam kamarku yang
begitu berantakan. Aku bukan perempuan apik dan rapi, ibuku selalu saja naik
pitam melihat kelakuanku yang tak pernah bisa menjadi perempuan rapi. Mimpi
tadi buruk sekali, mungkin aku terlalu tegang menghadapi interview di ibukota
yang akan kujalani. Pasti ini masih hari minggu kan? Aku kan interview besok.
Eh, tapi lagu itu? Apa mungkin sama dengan lagu yang kudengarkan dalam mimpi
ya? Untuk memastikannya, aku harus mengambil CD itu didalam mobil dan
mendengarkannya di dalam kamar, jika ternyata lagu dimimpiku sama dengan yang
ada di CD, wuah ini akan jadi cerita menghebohkan di rumah ini! hihi… siapa
tahu ternyata aku ini adalah perempuan yang diberi kesaktian lewat mimpi!
Hihihi… sambil cekikikan kulangkahkan kaki ini keluar kamar, menuju garasi yang
berada lantai 1 rumah ini.
Langkahku berhenti seketika, saat
kulihat kondisi ruang tamu bawah yang begitu ramai dipenuhi oleh banyak orang
yang mengenakan pakaian hitam. Kulihat ada Bapak dan Ibuku berdiri disana
menyalami orang-orang yang datang, ada Tama adikku yang murung duduk disebelah
seorang laki-laki yang duduk menelungkupkan kepalanya dalam dekap kedua
tangannya, lalu kulihat Tama mulai memeluk laki-laki itu sambil menangis.
Astaga ada apa iniiii????? Aku mulai penasaran dan mendekati mereka, aku tahu
Ibu dan Bapak sedang sibuk bersalaman, kurasa Tama bisa menjelaskan apa yang
sedang terjadi.
Kudekati Tama, mulai membuka mulut
untuk bertanya… saat itulah saat dimana laki-laki yang sedang dipeluk Tama
mengangkat wajahnya dan mulai menatap tubuhku yang berdiri didepan mereka
berdua. “Astaga! Ega!!! Ya ampun kupikir kamu siapa! Ada apa ini Ga?? Ada
apa?”, Ega hanya menggelengkan kepalanya dan mulai menangis lalu kemudian
menelungkupkan kepalanya lagi, kali ini mulai menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tama yang sejak tadi berada disampingnya seolah tak peduli padaku dan mulai
mengusap punggung Ega berusaha menenangkan. Aku semakin bingung… menurunkan
posisi tubuhku dan duduk dihadapan Ega. “Gaa, kamu kenapa? Ada apa ini ga?”.
Ega menutup kedua telinganya sambil terus menggelengkan kepalanya. Perlahan
tangannya dilepaskan dari kedua wajahnya, dengan wajah yang masih menunduk,
telunjuknya mengarah pada sesuatu yang ada dibelakangku… tubuhku refleks
membalik ke arah yang ditunjuk oleh Ega.
Tak jauh dari posisiku sekarang,
terbujur sesosok tubuh terbungkus kain batik tradisional. Aku yakin ini adalah
sebuah jenazah orang meninggal, hatiku kaget bukan main dan langsung merasa
was-was siapa gerangan dibalik jenazah itu. Pikiranku langsung menuju pada
Fatir, kakak laki-lakiku yang dua hari lalu meminta ijin pada Ibu untuk mendaki
gunung didaerah Sukabumi. Aku berteriak menjerit mendekati jenazah itu,
“Fatirrrrr!!!!!!” tangisku pecah dan mulai tak peduli pada orang-orang
disekelilingku yang mungkin kaget mendengarku berteriak. Setengah merangkak
kudekati jenazah itu, saat hampir menatap siapa gerangan yang ada disitu…
mataku bertabrakan pada sosok laki-laki muda yang begitu mirip dengan ibu,
fatir… ya, dia ada disitu, menangisi jenazah yang ada dihadapannya.
Aku tak punya waktu lagi untuk
menebak siapa gerangan yang ada dibalik kain batik yang sudah sangat dekat
denganku. Seorang tamu berpakaian serba hitam mendekati Fatir meminta dibukakan
kain yang me utupi jenazah itu. Fatir membuka kain itu… Tiba-tiba Ega
berteriak, “Tutup matamu Faraaaaaah…!!!”. Semua orang menoleh padanya,
sementara mataku tetap terpaku menatap jenazah yang kini sudah bisa kulihat
wajahnya…
Jenazah itu… adalah aku. Aku dengan
luka lebam di dahi, dengan kulit pucat kebiruan…
“Ega sadar ga!! Ega sadar ga!!!
Istigfar!!!”, kagetku terpecah oleh teriakan Ibu yang kini kulihat sedang
memeluki Ega yang terlihat histeris. Aku mulai sadar, Ega bisa melihatku, dia
tau kedatanganku. Selama ini aku hanya menganggapnya main-main, saat dia
bercerita mengenai kemampuannya melihat mahkluk gaib. Lalu aku mulai tersadar
lagi, jadi… aku ini mati? aku ini apa? Jadi… yang tadi kupikir mimpi itu
sebenarnya bukan mimpi? Lalu, sekarang apa yang harus aku lakukan?
Aku begitu terpukul, terpukul atas
apa yang terjadi kepadaku. Bukan atas meninggalnya diriku, tapi atas
ketidaktahuanku untuk apa yang akan kulakukan kini… Tuhan aku harus bagaimana?
. . .
Sudah hari ketujuh, aku mulai
terbiasa dengan keadaanku kini. Masih tak beranjak dari manapun, masih berdiam
didalam kamarku yang kini sudah rapi, masih tak terlihat oleh yang lainnya,
hanya terlihat olehnya… Ega. Aku senang mengetahui masih bisa berkomunikasi
dengannya, aku bahagia dia masih saja mendampingiku… hampir setiap hari dia
mendatangi kamarku dan mulai menangis bersedih, sedang aku berusaha
menghiburnya dengan kata-kata seadanya… dia begitu terpukul atas kepergianku,
begitupun aku… tapi aku tak bisa terus begini, bukan begini seharusnya
kematian… bukankah seharusnya ada jalan pulang?
. . .
Sudah hari keempatpuluh, dan aku
masih disini. Ega mulai ceria, dan terlihat sperti orang gila. Keluargaku mulai
kesal padanya, dia selalu saja bilang bahwa aku masih ada di rumah ini dan
menjadi bagian dari keluarga ini. Aku tahu Ibu akan kecewa mendengarnya walau
tak menampik bahagia bisa tetap bersamaku meski mereka tak melihatku, ibu pasti
kecewa kanapa anak perempuannya yang sudah meninggal tetap berada di rumahnya?
kenapa anaknya tak menemukan jalan pulang? Sementara Ega, terus menerus
mengajakku bercerita, dia terus berbicara tentang kehidupannya… segala yang dia
jalani saat ini. Sejujurnya, sungguh kuterluka menangkap kesan bahwa tak
sedikitpun dia memikirkan bagaima aku kini… aku ingin pulang dengan benar…
. . .
Hari ke 63 kematianku… Ega datang
seperti biasa, mengarah ke kamarku, katanya ada cerita menarik di kantornya
yang ingin dia ceritakan kepadaku. Sebelum dia memulainya, kuminta dia
mengambil sebuah CD yang kudapatkan darinya, CD yang terakhirkali kudengarkan
saat perjalanan terakhir menjelang kematianku.
Kuminta dia memutarkan lagu berjudul
“Dear Diary”, sungguh sekarang aku tahu lagu ini begitu tepat untuk
mengungkapkan perasaanku. Kuminta Ega untuk mendengarkannya dengan
sungguh-sungguh, walau sedikit kaget… bisa kulihat airmata Ega berlinang saat
lirik demi lirik lagu itu mengalun di telinga kami berdua…
Dear Diary,
I don't know if this is right or
wrong,
Starting thinking of leaving him,
But I'm afraid it might hurt him..
All I want is for everything in the
place,
So everyone is happy,
Is it too much ask for?
All I want is for everything in the
place,
So everyone is happy,
Is that too much
ask for?
“Ega, aku ingin pulang… tolong
biarkan aku pergi, ijinkan aku melanjutkan perjalananku”, tanpa ancang-ancang
kuungkapkan perasaanku pada Ega. Kulihat kali ini Ega tertunduk sedih, keadaannya
sama seperti saat jasadku masih terbujur kaku di tengah rumah ini. Entahlah,
intuisiku berkata bahwa aku tak tahu jalan pulang karena kekasih yang sangat
kusayangi belum bisa menerima kepergianku. Aku ingin mencoba memintanya
membantuku pulang, dan aku sangat mengerti ada sebuah kehidupan nyata yang
harus dihadapi oleh seorang Ega yang kini berwujud berbeda dariku. Aku tahu
kita saling menyayangi, dan aku tak siap kehilanganmu… tapi bagaimanapun ada
jarak yang memisahkan kita, ada jalan yang memisahkan kita, dan aku ingin
meniti jalanku yang sampai saat ini belum bisa kutemui…
ega hanya terdiam, menundukkan
wajahnya, dengan air mata yang terus berlinangan…
lalu kemudian menganggukkan
kepalanya…
. . .
Aku yakin intuisiku benar, karena
entah berada dimana kini kuberada, menunggu jalan lainnya yang pasti akan
datang… aku yakin keputusan Ega merelakanku adalah benar, karena kini aku tak
lagi melihat semua orang dan semua benda yang pernah kulihat semasa kuhidup…
Aku yakin ini benar, aku hanya diam
menanti titian jalan yang akan kutapaki selanjutnya…
maki produktif aja skrg. Slamet ya Risa
ReplyDeleteassalamualaikum we.wb,saya. IBU ENDANG WULANDARI Dri jawah timur tapi sekarang merantahu di teiwan bekerja sebagai pembantu ingin mengucapakan banyak terimah kasih kepada KI KANJENG DEMANG atas bantuan AKI. Kini impian saya selama ini semaunya sudah tercapai kenyataan dan berkat bantuan KI KANJENG DEMANG pula yang telah memberikan Angka gaib hasil ritual beliau kepada saya yaitu 4D. Dan alhamdulillah berasil tembus. Dan rencana saya ingin Mau pulang ke kampung kumpul kembali degang keluarga saya sekali lagi makasih yaa KI karna waktu itu saya cuma bermodalkan uang cuma 400rb Dan akhirnya saya menang. berkat angka gaib hasil ritual AKI KANJENG DEMANG saya sudah buka usaha warung makan Dan suami saya peternakan. Kini kehidupan keluarga saya jauh lebih baik dari sebelumnya, Dan saya ATAS Nama IBU ENDANG WULANDARI sekali lagi saya betul betul sagat berterima kasih kepada AKI Dan saya minta Maaf kalau Nama AKI saya tulis di internet itu semua saya lakukan karna saya Mau ada orang yang meminta bantuan Sama AKI agar seperti saya sudah sukses. Dan membatu orang orang yang kesusaan. bagi anda yang ingin seperti saya silahkan HUB / KI KANJENG DEMANG di Nomor INI: 081 / 234 / 666 / 039 / insya allah AKI akan membantu anda karna ramalan KI KANJENG DEMANG memiliki ramalan GAIB yang bagus Dan dijamain tembus
DeleteAih teteh Risa keren banget, selamat berkarya teh ;)
ReplyDeletewow...keren banget teh :) sedih pisan ceritanya...ketika membacanya...saya benar-benar ikut merasakan apa yang digambarkan dalam cerita tersebut...2 thumbs up buat teteh :)
ReplyDeletedapet inspirasi dari mana Teh? kereeeenn (y)
ReplyDeleteceritanya ngagetin! kirain itu teh risa, eh ternyata tokoh lain..
ReplyDeletelike this, terjebak cerita,. di tunggu yang lainnya teh,. :)
ReplyDeleteDimulai dr sebuah lirik kemudian dibalut dengan isi cerita....
ReplyDeleteWow...coba aj ad produser yg baca blogspot ini dan dijadikan suatu film...
Amin...
Wow.,
ReplyDeletesedikit mirip sama kisahnya mirror-Nirina Zubir di adegan tentang baru menyadari kalau dia sudah 'berbeda'. tapi, cerita ini cantik.. gregetny dapet!jempol daah^^
ReplyDeleteVisit dan follow blog sastra saya http://cluesologysastrafisika.blogspot.com
ReplyDeletekeren, makasih teh, sudah memberikan warna dalam menulis :)
ReplyDeleteNama tokohnya yang meninggal Farah ya? :| dan... nama tunangannya Ega? ko bisa pas bgt... nama aku Farah dan.. nama mantan aku Ega:| Overall, ceritanya bagus teh :D jadi suka juga sama lagu Mocca yg dear diary :D
ReplyDeletesaya disini bacanya jam 02.59 WK,,,,
ReplyDeletepas part yang bangun tidur terus liat org pada pake baju hitam,,, langsung firasat buruk :(,,,
ternyata bener, cukup deg degan bacanya, soalnya tengah malem bacanya ...iiihh merinding!!!
Teh risa memberikan hal unik dalam karya2nya. salut.. semangat teh!
ReplyDeletesukses bikin merinding...
ReplyDeletekeren abis, aku sukaaaa
ReplyDeletekereeeeeeen teh (y)
ReplyDeletesukses terus melangkah ke depan teh risa :)
ReplyDeleteteh risa , ijin repost buat blog saya ya.
ReplyDeletesaya tulis sumber nya kok teh , ga buat ngaku-ngaku
buat bantu penuhin isi blog saya aja teh
makasi ya tq :)
teh ,,,???
ReplyDeletemerinding banget ,,,,
kebetulan banget nama panggilan saya ega,,, :)
oya satu lagi... saya pengen kenalan dan ketemu dong teh sama peter,hans, hendrick,,william,,jansen,,, :)
salam kenal yah teh buat mereka,, :) :)
risa ini keren sekali :)
ReplyDeletenice story.....
ReplyDeletenamanya sama dengan nama panggilan saya di rumah.... tp jangan sampai sama ceritanya,,,, hehehe,,,,
dtunggu cerita yang lainya.....
salam kenal.....
Kerennnn..lagu favoritku juga..
ReplyDeleteSebelum baca cerita ini aku lagi nyanyiin lagu dear diary yang nyentuh banget ini..hehehe
"All I want is for everything in the right place and everyone is happy..is that too much to ask for"
Untuk sahabatku "gita"..hey girl..miss you so much..wish someday we will be like past time..
ga pernah nipu sama sekali..never mean to hurt you..I'm sorry from the deepest of my heart
Mau semua kayak dulu..mau semua bahagia
Cerita yg sangat bagus
ReplyDeleteSaat ini saya sedang di ruang tunggu pembuatan SIM dab setengah mati menahan buat ga nangis
teh ijin repost buat blog saya yang baru yah xP keren teh beneran dah makasi xP
ReplyDeleteIni, ya ampun, kereen.Ega akhirnya ngerela-in, padahal mereka udah mau serius,ya...Tentang ngerelain...:( Setiap roh yang mau jalan, ternyata, harus direlain,ya?Padahal itu sangat susah,ngerelain kematian...
ReplyDelete